Minggu, 26 Oktober 2014

Aku Kak Rudi Dan Mama

Sudah 2 minggu Papaku berada di luar kota karena urusan kantornya. Aku dirumah tinggal bersama Mama (41 tahun), Adik perempuanku (12 tahun), dan Kakak laki-lakiku (20 tahun), sedangkan aku sendiri berumur 18 tahun. Mamaku seorang wanita yang sangat menarik, wajahnya cukup cantik, kulitnya mulus, tapi aku nggak pernah kepikiran untuk menyetubuhinya, hingga pada suatu siang, aku nggak kekampus, adikku masih disekolah, sedangkan kakakku ada dikamarnya.
“Ataa…kemari sebentar, sayang!” Terdengar suara mama memanggilku dari arah kamar mandi. Aku langsung bergegas kesana,“Ada apa, mama?” Tanyaku.“Sayang, tolong diputar kran air ini, keras sekali” Mama hanya mengenakkan handuk yang tidak terlalu lebar di tubuhnya. Paha mulusnya terlihat jelas, serta belahan dadanya yang indah nampak juga. Darahku sempat berdesir menyaksikan pemandangan itu.Aku langsung menuju keran air dan memutarnya, ternyata keran itu benar-benar keras. Aku mengerahkan semua tenagaku, dan akhirnya air memancar dengan deras sehingga mengenai sebagian pakaianku.“Aku jadi basah nih mama” Kataku.“Buka aja pakaian kamu, biar nanti mama yang nyuciin” Aku langsung membuka pakaianku kecuali celana dalam yang aku kenakan.“Itu juga kan basah, dibuka aja sekalian” Kata mama. Aku jadi malu telanjang didepan mama. Akhirnya aku melepaskan celana dalamku. Batang penisku setengah berdiri menggelantung di selangkanganku. Mama tersenyum,“Wah, besar juga anu kamu” Wajahku memerah, mama kemudian melepas handuknya dan memberikannya padaku“Nih keringin tubuh kamu dengan ini”. Aku sangat terkejut, mama tidak memakai BH dia hanya mengenakkan CD saja. Buah dadanya yang bulat indah terpamapang jelas didapan mataku.“Kok kamu jadi bengong begitu, belun pernah liat yang ginian yah?” Mukaku tambah merah. Mama kemudian membalikkan tubuhnya dan segera mandi dengan air yang memancar dari shower.
Aku belum beranjak sedikitpun.“Nak, tolong punggung mama disabunin”. Aku mengambil sabun cair, dan mulai menggosokkan punggung mama. Aku rasakan kulit mama yang masih kencang dan lembut. Punggung mama yang mulus aku gosok namun bisa desebut membelai dari pada menggosok punggung mama. Kami menghadap sebuah cermin besar yang ada dikamar mandi, hingga bagian depan tubuh mama terlihat jelas dengan payudara yang masih kencang dan besar juga putting payudara mama yang berwarna coklat tua namun sangan indah dan kontras dengan kulit mama yang putih. Mama memejamkan matanya menikmati usapanku. Jantungku berdetak keras tanda deras nya aliran darah di dalam tubuhku yang membangkitkan hormon kejantananku dan juga nafsu yang semakin naik.
Dengan tangan yang agak gemetar aku mulai memutar gosokan tanganku di punggung mama agak ke dapan dan membelai bagian sisi tubuh mama. Aku semakin tak dpat mengontrol nafsu dan libidoku. Jiwa ku bergejolak antara tidak atau lakukan untuk mulai merangsang mama. Namun pertahanan iman ku jebol juga. Aku dekatkan tubuhku yang bugil makin mendekat tubuh mama, dan aku dekatkan kepalaku ke leher mama. Lalu kemudian kuberanikan diri untuk muncium leher mama, tanganku mulai meremas buah dadanya.“Jangan, sayang, ini mama kamu”. Tapi mama tidak berusaha untuk melemaskan diri. Aku terus meremas-remas buah dadanya. Aku rasakan buah dada mama yang kenyal dan empuk. Dengan sabun yang masih ada di telapak tanganku, buah dada mama terasa sangat licin namun aku sangat menikmati remasanku di payudara mama. Mama memejamkan matanya dan bibirnya mulai terbuka dan aku melihat mama menggigit bibir nya sendiri, mungkin mama juga menikmati perlakuan aku, anak kandung nya sendiri.“Oohh..sshh..jangaann, Ataaa..”. Tiba-tiba mama sadar, ia berbalik kearahku, mukanya sangat marah dan.. “Plaakk” tangan kirinya menamparku. Aku dan mama kemudian diam seribu bahasa. Lalu mama bersuara“Apa yang kamu lakukan tadi, kamu mau menyetubuhi mama?”. Aku masih diam. Mama maju mendekatiku, aku jadi takut kalau mama akan menamparku lagi. Aku semakin tak karuan karena ketakutan. Ingin rasanya aku langsung lari keluar dan tidak akan bertemu mama lagi, namun..“Kalo kamu mau begitu, baiklah, terus terang mama juga terangsang dan ingin merasakan batang penis kamu ini, tapi jangan sampai orang lain tahu.” Mama berkata sambil memegang batang penisku yang sudah tegang.
Seperti mendengar petir di siang bolong..!! nafsu ku yang sudah tidak dapat aku kontrol akhirnya mendapat penyaluran nya dan gejolak jiwaku lepas sudah saat mendengar perkataan mama tadi. Aku langsung memeluknya, saat tubuh bugil ku bersentuhan dengan tubuh bugil mama yang basah seakan ada hentakan listrik di dalam tubuhku. Kulit tubuh mama yang lembut kini bersentuhan kulit tubuhku. Libido ku naik hingga puncakya. Dan entah apa yang dapat aku lukiskan dengan kata-kata saat aku mencium bibir mama. Bibir ku bersentuhan dengan bibirnya, ku cium dengan penuh nafsu, mama pun membalasnya dengan liar. “Mmmmmhh..mmmhhh”. Lidah kami saling beradu satu sama lain. Tubuh kami saling berhimpit, buah dada mama menekan di dadaku,terasa hangat dan sensasi yang mama berikan sangat indah dan nikmat. Penisku juga menekan bagian bawah perut mama yang masih terbilang agak rata walaupun ada sedikit menggembung. Aku rasakan kehangatan tubuh mama walaupun tubuh kami dalam keadaan basah.Tangan mama megusap penisku. Akh.. nikmatnya saat jari-jemari mama yang panjang lemtik dan telapak tangan mama mengusap permukaan penisku yang makin keras dari pangkal hingga ujung kepala penis, sementara tanganku berada di buah dadanya. Aku remas dengan nafsu,namun aku ingin mama juga menikmati remasan anak nya pada buah dada mamanya, aku berusana meremasnya dengan lembut namun..
Mama kemudian turun kebawah kemudian jongkok, wajahnya kini berada tepat didepan batang penisku yang sudah tegang. Mama menjulurkan lidahnya kekepala pelirku dan akhirnya memasukkan batang penisku kemulutnya.“Ooohh..sshh..eenaakk mama..maa”. Mama terus mengisap batang penisku. Lidahnya menjalar diseluruh permukaan batang sampai ke kantung zakar. Hangatnya rongga mulut mama sangat terasa di seluruh permukaan batang penisku. Mama memainkan lidah nya di uah jakarku. Lidah mama menyentuh lubang penisku, lalu turun sewrah dengan urat penisku, makin ke pangkalnya, lalu mama megulum buah jakarku. Aku bergidik menahan dan merasakan kenikmatan itu, lidah nya kemudian naik lagi menuju kepala penis dan saat sampai di ujung penisku, mama dengan lahap memasukan lagi penisku ke dalam mulutnya dang kemudian menghisapnya dengan keras. Aku pegang kepala mama ku sambil membelai rambutnya dan agak sedikti menekan kepala mama ke selangkangan ku. Nafasku makin teregah-engah, lalu aku melihat ke bawah ke arah mama yang dengan nafsu dan cepat mengocok batang penisku di dalam mulutnya. Aku melihat ekspresi wajah mama yang cantik dan terasa semakin cantik saat melihat beliau mengulum dan mengocok penisku. Aku makin merasakan sensai itu saat mama memandang aku kemudian berusaha terseyum walau penisku masih ada di dalam mulutnya.“Sayaaang, kalo kamu udah pengen keluar, keluarin aja, nanti mama telan” sahut mama sambil mengulum kepala penisku. Terlihat ludah mama membasahi seluruh permukaan penisku hingga terlihat mengkilat dan ada cairan yang sedikit kental yang menempel di antara bibir dan batang penisku.
Aku yang memang sangat menikmati perlakuan mama sudah tidak dapat menahan untuk orgasme. Sambil melanjutkan kocokan nya mama meremas pantat ku Aku kemudian menyemprotkan cairan spermaku… “Crot..crot..crot…” aku semprotkan semua air mani ku di dalam mulut mama. Sambil sedikit mengerang dan sedikit berteriak aku leaskan seluruh nafsu itu di dalam mulut mama ku yang cantik. Mama langsung menelan semuanya, semua calon cucu-cucunya mama telan habis. Aku merasakan hisapan kuat di penisku.terdengat suara “Glek..” saat mama menelan semua cairan kental dari penisku. Lalu mama mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya, mama mengusap bibirnya yang basah oleh spermaku dan kemudian melanjutkan mengulum penisku membersihkan sisa spermaku. Tubuhku seakan lemas, lutut ku seakan tidak dapat menahan lagi berat tubuh ini, penisku mulai melembek dan terasa agak linu di ujung nya tapi yang aneh biasanya bila aku onani, setelah aku menyemprotkan sperma.
Tak ada 1 menit penisku langsung lembek dan mengecil namun saat ini mungkin kodisinya masih keras 80%, melihat itu mama lalu tersenyum. Aku di biarkan oleh mamaku untuk beristirahat sebentar,namun tidak sampai 2 menit penisku mulai mengeras lagi, nafsu dan libido ku naik lagi melihat mama yang bugil. Mama lalu berbaring dilantai,“Naaakk, vagina mama di hisap yaa..!” Aku langsung membungkuk dan menjiati seluruh permukaan memeknya.Kelentitnya aku jilat dan kugigit-gigit. Aku mencium aroma khas kewanitaan mama yang mebuat nafsu ku tak terkendali lagi. Aku merasakan cairan vagina mama yang bening dan terasa nikmat dan gurih. Aku hisap lubang tempat aku lahir dulu, aku masukan lidah ku ke dalam vagina mama yang lembut dan hangat itu. Vagina mama makin basah oleh cairan vagina mama dan juga oleh ludahku.“Ssssshhhh…yeeeeeaaahh…teerruuss sayaaang” Tidak lama kemudian, mama sudah tidak tahan lagi, tubuhnya mengejang, pantatnya bergerak-gerak tak karuan.“Ataa..sshh..mamaa sudah maauu keluaarr…sshh..ooh..yeeess” Cairan putih mengalir dari lubang senggamanya, aku langsung menelan seluruh cairan itu. Emh nikmat nya..
Tiba-tiba pintu kamar mandi yang tidak terkunci itu terbuka, kakakku Rudi masuk, dia sangat kaget melihat yang aku dan mamaku lakukan.“Apa-apaan kalian, awas nanti aku adukan ke papa”“Jangan, Rudi sayang, jangan dilaporin ama papa, kalo kamu mau kamu boleh ikut juga”. Kata mama Sementara aku hanya diam dan tak tahuapa yang harus lakukan.“Boleh nih mam?” Rudi langsung melepaskan pakaiannya. Mama merubah posisinya. Dia sekarang nungging, kak Rudi berada didepannya, penisnya sedang dihisap mama. Kak Rudi terlihat menikmati isapan mama di batang penis nya. Aku berada dibagian pantat mama. Bongkahan pantatnya ku remas, batang penisku kumasukkan kedalam liang senggamanya. Liang itu masih terasa sempit.“Oohh…yeess…mmhh…sshh”. mama mendesah saat perlahan batang penisku masuk menusuk ke dalam vagina mami yang lembut dan hangat.Aku memaju-mundurkan pantatku. “Clook..clookk..clook” aku merasakan jepitan dan remasan otot vagina mami di batang penisku. Daging vagina mama yang lembu, basah dan licin semakin membuat gerakan keluar masuk penisku makin lancar. Sambil aku kocok penisku di dalam vagina mama, aku remas buah dada mama dari belakang dan juga aku cium bagian belakang lehernya. Aku remas pantat mama, aku belai tubuhnya yang maiknbasah oleh keringat. Aku pegang pinggang mama yang ramping sambil aku tarik seirama dengan gerakan tusukan penisku di dalam vagina nya. Mama tampak sangat menikmatinya. Kupompa penisku menghujam vagina mama. Pantatnya yang montok beradu dengan pangkal pahaku. Kupeluk mamaku dari belakang sambil terus bergoyang perlahan meremas payudaranya.
15 menit kemudian mama berbaring menyamping, kak Rudi menyetubuhi dari belakang. Pantat kak Rudi maju mundur, kaki kanan mama terangkat keatas, tangan mama mengocok-ngocok batang penisku. Suara erangan aku, rintihan nikmat kak rudi dan desahan mama memenuhi ruangan kamar mandi kami. Lalu, kak Rudi berbaring terlentang dilantai, mama naik diatas tubuhnya, penis kak Rudi berada diliang senggama mama, mama menaik turunkan pantatnya, sesekali mama membungkuk dan mereka saling mengulum di bibir.“Maa, punyaku dimasukkan dimana niih” Tanyaku.“Sini sayang masukkan di lubang pantat mama”. Kata mama sambil terengah-engah dan mendesah menikmati sodokan dari kak Rudi. Aku lalu jongkok di belakang tubuh mama, aku pengang pinggulnya agar pantat dan pinggul mama yang berputar dan bergoyang berhent, kak rudi tidak berhenti-hentiya meremas buah dada mama malah kadang mengulum putting payudara mama yang menbuat mama semakin keenakan. Aku lalu memasukkan batang penisku ke lubang anus mama. Aku rasakan lubang anus mama yang sempit dan juga hangat, dan dengan batual ludah gerakan masuk-keluar penisku di anus mama menjadi lancar.
Mama sangat menikmati perlakuan kedua anak kandungnya itu. Terlihat dari ekspresi wajah mama, mama mendesah nikmat, mengerang dan menjerit pelan saat kenikmatan yang mama rasakan makin memuncak. Nampak dicermin mama sedang disetubuhi oleh kedua anak laki-lakinya, posisi mama berada diantara aku dan kak Rudi.“Sshh…sssshh..yeess..oohhyeee” celoteh mama yang makin tak kuasa menahan kenikmatan yang di berikan kedua anak kandung nya, dan benar tak lama tubuh mama tiba-tiba bergetar, bergidik dan diakhhiri desahan dan lengguhan panjang yang keluar dari mulut mama hingga tubuh mama abruk di atas tubuh kak Rudi. Kami yang menyadari mama telah orgasme mebiarkan beberapa saat untuk mama menikmati orgasmenya sebelum kami lanjutkan gerakan penis kami masing-masing di dalam tubuh mama.
Beberapa menit kemudian aku dan kak Rudi sudah hampir orgasme.“Sini sayang,” kata mama. Mama jongkok dilantai, aku dan Rudi berdiri dedepannya. Mama mengocok dan mengulum penis kami berdua secara bergantian. Dan akhirnya ‘Crot..crot..crot..’ kami berdua orgasme, cairan sperma kami memancar hampir bersamaan. Aku dan kak rudi menikmati saat cairan kental dari penis kami muncrat dan memancar ke arah mulut mama. “srluup…srllllp… ” Mama menelan habis cairan kami. Sebelum menelan habis cairan sperma kami berdua, mama memainkan dulu cairan sperma kami berdua di mulutnya dan memperlihatkan kepada kami saat cairan putih kental itu memenuhi rongga mulut mama. Memang tidak semua cairan sperma kak rudi dan aku mama telan ada sebagian yang menyebar di pipi mama. Lalu akhirnya mama kembali menelan calon-calon cucunya lagi. Mama membersihkan bibirnya dari sisa air mani kami berdua dengan mengusapkan tangan nya, lalu kami berciuman.Lalu kamu bertiga mandi bersama-sama. Sampai sekarang kami bertiga sering bersetubuh. Kadang-kadang aku dan mama tanpa kak Rudi atau sebaliknya, tapi tanpa sepengetahuan papa.

Menjadi Wanita Panggilan

Ini adalah kisah nyata dalam perjalanan hidupku, terjadi sebelum akhirnya nasib mempertemukan aku dengan suamiku sekarang ini.
Namaku Lily, waktu itu umurku 26 tahun, sebagai seorang gadis panggilan tentu banyak pengalaman sexual yang aku alami dari bermacam umur, golongan, pangkat, tingkah laku, gaya hidup bahkan perlakuan sex.
Postur tubuhku yang 167 cm, berat 50 dan ukuran 36B, ditambah kulit tubuhku yang putih mulus, mata agak sipit seperti gadis chinesse, wajah cantik mirip Cornelia “Sarah” Agatha (kata orang sih), tentu tidaklah sulit bagiku untuk mendapatkan “Tamu” bahkan lebih sering menolak, daripada mencari.
Penampilanku memang layaknya Chinese apalagi lingkungan pergaulanku juga kalangan Chinese di kota Surabaya, maka 90% tamu-ku adalah dari kalangan Chinese, sisanya yang sepuluh persen adalah para penggede Orde Baru, pejabat, anak pejabat, bahkan cucu pejabat, baik pejabat local maupun pusat, menteri dan anak anaknya, bahkan aku pernah melayani Pak Menteri dan anaknya dalam satu hari, perwira tinggi bahkan Jendral, Gubernur, suami artis ternama dan tak ketinggalan sang cucu dari Cendana, ada yang masih menjabat hingga tahun 2002 ini tapi banyak yang sudah pensiun, sedang di sidang, bahkan sudah berada di penjara.
Memang pangsa pasarku adalah golongan atas, sesuai dengan penampilanku yang high class, tentunya tariff yang aku kenakan juga sudah pasti angka 7 digit bahkan bisa 8 digit kalau menginap atau harus ke luar kota, tapi dari para tamu memang harga segitu sepadan dengan servis yang aku berikan, terbukti hampir 95% dari tamu adalah pelanggan lama, memang aku membatasi dan sedikit pemilih dalam melayani tamu, karena disamping masalah uang tapi juga selera, tujuannya adalah untuk mendapatkan kepuasan dalam sex maupun financial, yang pasti aku berusaha supaya bukan tamu-ku saja yang puas tapi aku juga bisa mendapatkan kepuasan.
Aku biasa melayani tamu dan panggilan short time 2-4 kali dalam sehari, belum lagi yang sampai menginap di hotel berbintang, bisa dibayangkan berapa kocek yang mengalir dalam kantongku, tapi seperti kata pepatah “Easy come easy go”, uang mengalir masuk dengan mudahnya dan mengalir keluar dengan mudahnya pula dalam arena perjudian, tapi aku tidak pernah terlibat dalam drug, memakai sekali kali sih oke, itupun atas paksaan tamu.
Aku banyak memenuhi keinginan fantasy sexual para tamu, baik hanya berdua maupun bertiga, berempat tergantung kemauan para tamu, tapi dengan kelihaian rayuanku aku bisa memaksa para tamu untuk bercinta two in one atau three in one, yang one adalah aku, ini lebih sering terjadi dari pada aku bagian dari two atau three.Banyak tamu yang ingin menjadikanku simpanannya bahkan jatuh cinta dan ingin menjadikanku simpanan bahkan istri kedua, tapi tak ada yang kutanggapi, karena pertimbanganku saat itu adalah dari sisi materi aku mendapat jauh lebih banyak sedangkan dari sisi sexual aku bisa menikmati dari tamu tamu yang memang aku seleksi, jadi belum ada alasan yang kuat untuk meninggalkan kehidupan ini, disamping itu aku sudah trauma ketika menjadi simpanan seorang pengacara Chinese saat pertama menjalani kehidupan ini. Ternyata freelance tidak terikat pada satu GM membuat aku bisa menentukan pilihan tamu yang aku terima maupun aku tolak dengan berbagai alasan.
Saat pertama kali aku terjun ke dunia ini atas bujukan seorang GM terkenal di Surabaya saat itu, namanya dikenal dengan Om Lok. Dia menempatkan aku di hotel berbintang di daerah Gunung Sari Surabaya, stand by di kamar menunggu tamu datang. Dalam posisi seperti itu aku tidak berdaya untuk menolak tamu kiriman Om Lok yang kebanyakan memang sudah seusia papaku, maklum dengan tariff setinggi itu tentu hanya orang berkantong teballah yang mampu “Membeli” tubuhku, untuk short time saja sudah di atas US$ 2500 tentu bukan sembarang kelas yang mampu, padahal pelayananku saat itu masih biasa saja, maklum dari ibu rumah tangga langsung terjun ke dunia seperti ini, tapi toh banyak tamu yang mengulang dan mengulang lagi, sehari aku rata rata bisa menerima tamu rata rata 2-3 kali. Kujalani kontrak dengan Om Lok selama satu bulan, karena porsi pembagiannya tidak seimbang antara dia dan aku, maka aku mulai dengan berjalan sendiri alias freelance.
Dikalangan para Germo (GM) maupun rekan seprofesi “Simatupang” (SIang MAlam Tunggu PANGgilan) aku lebih dikenal dengan sebutan Lily Panther, karena aku memakai mobil Phanter, hasil kerja kerasku selama sebulan dibawah “Management” Om Lok, bagi para rekan, GM, atau ex-tamu yang mungkin masih mengenalku kita bisa berkomunikasi via e-mail.
Cerita cerita sex yang aku kirim adalah penggalan catatan harianku selama menjalani kehidupan sebagai “Call girl”, nama dan tempat aku samarkan tapi tidak jauh dari yang sebenarnya, cerita non sex yang banyak aku alami tidak aku ceritakan, karena tidak akan menarik penggemar cerita sex.
Sang Pengacara
Tamu pertama saat aku menjalani profesi ini adalah seorang pengacara Chinese dari Jakarta yang sedang menangani kasus di Surabaya, namanya HW, aku biasa panggil dia Koh Wi, berumur sekitar 50 tahun dan dialah orang yang akhirnya dengan kekuatan kepengacaraannya memutuskan kontrakku dengan Om Lok dan menjadikan aku sebagai simpanannya selama 3 bulan sebelum akhirnya aku tak tahan dan melepaskan diri dari ikatannya, dengan segala resiko yang harus aku tanggung.
Orangnya kelihatan tidak ramah, wajahnya kurang sedap dipandang, tapi apa dayaku, aku tak kuasa menolak karena memang tak boleh menolak setiap tamu yang dikirim Om Lok, padahal melihat wajahnya saja aku sudah ketakutan, habis seram sih, tapi itulah konsekuensinya.
Setelah Om Lok mengenalkan kami lalu dia meninggalkan aku berdua dengan Koh Wi, ada rasa tegang dan canggung berdua di kamar dengan orang asing, apalagi yang bertampang seperti Koh Wi, sungguh aku gugup dibuatnya.Untunglah Koh Wi mengetahui kecanggunganku, sebagai tamu pertamaku dia cukup “Berjasa” membimbingku dalam menghadapi tamu berikutnya, menumbuhkan rasa percaya diriku. Tahu bahwa dia adalah tamu pertamaku, maka Koh Wi tidak langsung tubruk, dia cukup sabar dan telaten mengajariku.
Perlu dicatat, meski aku dibawah “Penguasaan” Om Lok, tapi hubungan aku dan dia sebatas hubungan bisnis, tak ada paksaan untuk melayaninya, jadi Koh Wi adalah orang kedua yang akan menikmati kehangatan tubuhku setelah suamiku dan dia akan kembali mem-perawan-I ku, karena sudah hampir 2 tahun sejak aku cerai belum pernah bercinta lagi.
Setelah ngobrol beberapa saat untuk mencairkan suasana, Koh Wi mendekatiku, menuntunku ke ranjang, jantungku berdetak keras ketika dia memelukku, kupejamkan mataku saat dia mulai mencium pipiku, kurapatkan bibirku ketika dia mulai mencoba mencium bibirku, aku mengangis dalam hati ketika tangannya mulai menjamah dadaku. Ternyata Koh Wi memang benar benar seorang yang sabar, merasa tidak mendapat respon yang semestinya, dia menghentikan aksinya, bukannya marah tapi dia malah tersenyum melihat keluguanku.
Kembali kami ngobrol, kali ini di atas ranjang, dia memang pandai membawa suasana hingga aku merasa akrab dengannya. Dia lalu menciumku, aku tetap memejamkan mataku, tapi ketika dia mencium bibirku, aku mulai membuka bibirku meski dengan tetap mata tertutup. Aku mulai membalas ciuman bibirnya ketika tangan Koh Wi menjamah dan mengelus dadaku, napasku mulai turun naik, maklum sudah 2 tahun tidak terjamah laki laki. Tanpa melepaskan ciumannya, Koh Wi mulai meremas remas buah dadaku, tanganku dibimbingnya ke selangkangannya, tak berani aku menggerakkan tanganku itu, kurasakan ketegangan di balik celananya, kembali tanganku dipegangnya dan diusap usapkan pada kejantanannya yang sudah tegang.
Ciuman Koh Wi sudah berpindah ke leherku, kurasakan kegelian yang sudah lama tidak kurasakan lagi, tangan Koh Wi sudah berpindah ke pahaku, gaun panjangku yang berbelahan hingga ke paha lebih memudahkan jelajah tangannya di sekitar paha hingga ke pangkalnya. Aku hanya menengadahkan kepalaku menikmati ciuman di leher dan usapan di pahaku, tanganku sudah berani mengusap dan meremas kejantanannya dari luar. Desis tertahan bercampur malu tak sadar keluar dari mulutku, aku sudah terhanyut dalam buaian lembut Koh Wi.
Tangan kiri Koh Wi yang dari tadi menjelajah di dadaku, sudah berhasil membuka resliting di punggungku dan menarik ke bawah hingga tampaklah bra biru tua berenda, secara reflek aku menutupi dadaku dengan kedua tanganku, Koh Wi tersenyum melihat reaksiku, kembali tanganku dibimbing ke selangkangannya, kali ini dia membuka ikat pinggang dan reslitingnya, tanganku dibimbingnya masuk ke dalam celananya hingga aku bisa menyentuh batang kejantanannya yang menegang keras meski dengan sedikit gemetar.
Koh Wi kembali menciumi leher dan pundakku, tangannya sudah kembali menjelajah di dadaku, mengelus dan meremas, lalu diselipkan di balik bra-ku, dia mendapatkan yang dia cari, putingku yang masih kemerahan segera dipermainkan dengan jarinya sambil meremas buah dadaku. Aku mendesis tertahan, tali bra-ku sudah merosot ke lenganku, dan tak lama kemudian terlepaslah bra itu dari tubuhku, aku ingin menutupi lagi dengan tanganku tapi dia mencegahnya, mukaku terasa panas memerah, malu karena harus memperlihatkan buah dadaku di depan orang yang baru kukenal belum satu jam yang lalu. Tapi Koh Wi tak memberiku kesempatan lebih lama, mencium leherku dan turun ke dadaku, dijilatinya sekujur buah dadaku dan berakhir pada kuluman di putingku yang kecil kemerahan.“Aaahh.. sshh.. sshh” aku tak bisa menahan desah kenikmatan lebih lama lagi.
Tanganku segera mencari batang kejantanan Koh Wi, betapa terkejut ketika kuraih dan kugenggam, begitu besar rasanya, sepertinya jauh lebih besar dari punya suamiku dulu. Kuluman dan remasan Koh Wi begitu nikmat kurasakan setelah sekian lama hampa, dia berhasil menghanyutkanku kedalam buaiannya lebih jauh, hingga tak kusadari aku secara refleks menarik keluar batang kejantanannya dan mengocoknya, ternyata hal ini membuat kuluman dan remasan Koh Wi makin menggairahkan, maka semakin cepat kukocok penisnya. Jujur saja ini adalah penis kedua yang aku pegang setelah suamiku.
Ketika kulihat penis itu, sungguh aku terkejut, ternyata benar dugaanku ini penis itu jauh lebih besar bahkan mungkin dua kali lebih besar dari suamiku, agak gugup juga aku ketika membayangkan bahwa penis sebesar itu akan segera masuk ke vaginaku yang sempit. Tapi aku tak sempat gugup lebih lama lagi ketika Koh Wi merebahkan tubuhku di ranjang, dia melepas gaunku hingga tinggal celana dalam ungu yang mini. Koh Wi melepas pakaiannya hingga telanjang, kuperhatikan penisnya yang besar menggantung tegang di antara kakinya, perutnya yang gendut dan dada sedikit berbulu, dia langsung menghampiriku, mencium pipiku, menjilati putingku sambil tangannya menyelip dibalik celana dalamku, mulai mempermainkan daerah vaginaku, tak lama kemudian celana dalamku sudah terlepas, masih ada rasa risih bertelanjang di kamar berdua dengan orang asing.
Jilatan Koh Wi sudah menyusuri perutku, aku kaget ketika ternyata dia mulai menjilati vaginaku, belum pernah aku diperlakukan seperti ini oleh suamiku dulu.“Jangan Koh, jangan, aku belum pernah, nggak usahlah” teriakku terkaget sambil mendorong kepalanya menjauh dari selangkanganku memberi perlawanan.“Percaya deh, kamu pasti suka, kalau udah tahu rasanya pasti ketagihan” katanya langsung membenamkan kepalanya di selangkanganku, perlawananku terhenti ketika lidahnya mulai menyentuh klitoris dan bibir vagina, berganti dengan desahan desahan kenikmatan. Dia mempermainkan lidahnya di vaginaku dengan begitu gairah, kuremas remas rambutnya, aku semakin terbuai dalam permainannya. Kurasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan bahkan kubayangkan seumur hidupku, suamiku tak pernah melakukannya karena kuanggap hanya pantas dilakukan di film porno, tapi kini aku mengalaminya.
“Sshh.. sshh.. sshh.. ssuddaah aahh” desahku, tak tahan menahan kenikmatan yang baru kualami.Kutarik rambutnya ke atas untuk menghentikan permainan lidahnya, tapi dia tetap melanjutkan sambil mempermainkan putingku, aku semakin tak karuan terhanyut dalam kenikmatan. Untunglah dia segera menghentikannya dan telentang di sampingku, masalah lain kemudian timbul ketika dia minta aku mengulum kejantanannya, aku berusaha untuk menolak, baru sekali aku melakukan dengan ex-suamiku, itupun setelah dipaksa dan aku tak mau melakukan lagi, terlalu menjijikkan bagiku, sepertinya hanya ada di film porno.
Koh Wi tetap memaksaku, meski tidak dengan fisik tapi ucapannya memaksaku melakukan itu, dengan penuh keraguan kupegang dan kujilat kepala penisnya yang basah, berulang kali aku meludah di sprei karena lendir di penis itu, terasa asin dan asing bagiku, ingin muntah rasanya. Sekali lagi aku harus mengakui kesabaran Koh Wi dalam “Membimbingku”, begitu sabar dia memberi arahan dan rayuan hingga aku tak tega karena dia sudah melakukannya padaku, dengan menahan segala perasaan masuklah kepala penis itu ke mulutku, makin lama makin dalam penis itu di dalam mulutku, meski berkali kali aku harus mengusap ludahku dengan sprei, ini adalah penis kedua yang masuk mulutku. Seringkali kurasakan gigiku menggesek penis itu, tapi Koh Wi tetap mendesah desah membuatku ikut bergairah, aku masih belum tahu bagaimana memperlakukan penis itu di mulutku kecuali keluar masuk menggesek bibir dan terkadang gigiku.
Akhirnya Koh Wi merebahkanku kembali di ranjang, dia berjongkok di antara kakiku, kembali jantungku berdegup kencang, ada perasaan tidak karuan berkecamuk di dadaku ketika dia mulai mengusapkan penisnya ke bibir vaginaku, disini, di ranjang ini dengan orang ini aku pertama kali harus menyerahkan harkat kehormatanku sebagai seorang wanita, inilah tonggak awal sejarah kehidupanku, inilah saat aku mengawali profesiku, inilah saat mulai menyerahkan tubuhku pada siapapun yang mampu membayarku, inilah saatnya aku mulai belajar menikmati sex dengan siapapun tanpa ada rasa cinta yang selama ini aku agung agungkan dan inilah saatnya aku memendam segala perasaan demi kepuasan orang yang membayarku, tanpa kusadari air mata menetes dari ujung mataku, segera kusapu dengan tanganku, aku tak mau Koh Wi melihatnya.
Perlahan lahan kejantanan Koh Wi menembus vaginaku yang sudah lebih 2 tahun tidak tersentuh, kurasakan rasa nyeri ketika penis itu masuk makin dalam, teringat saat pertama kali berhubungan sex waktu perawan dulu. Dengan penis Koh Wi yang besar itu rasanya bibir vaginaku seperti tersobek, makin lama makin dalam hingga semua tertanam, penis Koh Wi serasa memenuhi vaginaku. Aku memejamkan mataku sambil menggigit bibirku, tak berani menggerakkan kakiku, begitu besar seolah mengganjal bagian dalam tubuhku, untungnya Koh Wi cukup berpengalaman, dia mendiamkan sejenak, meraba raba dan meremas remas buah dadaku untuk memberikan perasaan santai, semakin tegang maka otot vaginaku semakin mencengkeram erat.
Pelan pelan dia menarik keluar lalu pelan pula dia mendorong masuk kembali, begitu berkali kali hingga akhirnya rasa nyeri berubah menjadi nikmat, setiap gerakan penisnya di vaginaku menimbulkan kenikmatan bagiku, apalagi sudah 2 tahun aku tidak berhubungan sex. Vaginaku sudah mulai basah hingga Koh Wi mulai mempercepat kocokannya, aku sudah mulai mendesis dan mendesah kenikmatan, sungguh kenikmatan yang sudah lama tidak kurasakan, terlupakan sudah air mata yang sempat menetes, kulupakan sudah harkat ke-wanitaanku, dan terlupakan sudah dengan siapa aku sekarang sedang bercinta.
Dengan lihainya dia memberiku rangsangan kenikmatan yang lain, tangannya mengelus pahaku, meremas buah dadaku, mengulum putingku, mencium bibirku, mengulum telingaku, semua dilakukan tanpa menghentikan kocokannya, membuat aku makin menggeliat geliat dalam kenikmatan.
Aku sudah melupakan bahwa aku sedang bercinta dengan orang asing yang baru aku kenal satu jam yang lalu, aku sudah melupakan bahwa aku tidak mencintai orang ini, aku sudah melupakan bahwa orang ini usianya sebaya dengan papaku, bahkan aku sudah melupakan bahwa aku sedang bercinta dengan istri orang, bahkan aku sudah tak sadar bahwa aku sudah mulai menikmati bercinta tanpa feeling apapun kecuali berdasar uang, yang aku ingat hanyalah aku sedang mengarungi lautan kenikmatan bersama orang yang membayarku untuk mendapatkan kenikmatan dariku.
Koh Wi sudah tengkurap di atasku, dia memelukku erat, aku sudah bisa merasakan kenikmatan kocokannya, aku sudah bisa membalas ciuman bibirnya dengan penuh gairah, kakiku sudah melingkar di pinggulnya membuat penisnya makin dalam melesak dalam vaginaku. Keringat Koh Wi sudah membasahi sekujur tubuhku, waktu seolah berjalan begitu lambat, sepertinya sudah setengah jam dia mengocokku, tanpa kusadari aku terbawa dalam kenikmatan yang dalam menuju puncak kenikmatan, dan orgasme lebih dulu daripada Koh Wi, tubuhku menegang, kupeluk erat tubuh Koh Wi kemudian otot vaginaku berdenyut dengan kerasnya, aku menjerit dalam kenikmatan, kualami orgasme pertama setelah dua tahun aku melupakan bagaimana nikmatnya orgasme, mataku tetap terpejam, aku takut membuka mataku seakan takut terbangun dari mimpi indah, sesaat Koh Wi menghentikan gerakannya tapi kemudian dia mengocok lagi dengan tempo lebih cepat, aku mendesah atau lebih tepatnya menjerit, belum pernah aku mengalami orgasme seperti ini.
Ex-suamiku biasanya akan menghentikan gerakannya dan menikmati saat orgasmeku bersama sama, tapi Koh Wi lain lagi, dia malah mempercepat saat otot vaginaku berdenyut dengan hebatnya, sungguh pengalaman baru bagiku, ternyata justru jauh lebih nikmat, ini diluar bayanganku semula.
Tak lama kemudian Koh Wi mengikutiku orgasme, dia menanamkan penisnya dalam dalam dan menekan ke vaginaku, kurasakan penisnya mengembang membesar di dalam lalu menyemprotkan spermanya di vaginaku, denyutan dan semprotan itu begitu kuat menghantam dinding vaginaku, aku kaget dan menjerit kecil menerima semprotan itu, tak kusangka dia bisa menyemprot sekuat itu, menimbulkan kenikmatan tersendiri pasca orgasme, kunikmati denyutan demi denyutan, kurasakan denyutan orgasme dari penis kedua dalam hidupku, sperma kedua yang menyirami rahim dan vaginaku.
Koh Wi menelungkupkan tubuhnya yang penuh peluh di atas tubuhku, napas kami berpacu dalam kenikmatan, kurasakan perutnya yang gendut menekan perutku hingga aku agak kesulitan bernapas, kudorong dia hingga telentang di sampingku.
Kami berdua terdiam, aku merenungkan kejadian ini, baru saja aku bercinta dengan tamu pertama dalam profesiku, kini aku sudah resmi menjadi seorang pelacur, kini aku harus siap melayani setiap orang yang mampu membayar pelayananku tanpa ada hak memilih, kini aku harus bisa memuaskan tamuku dengan cara apapun, kini aku harus bisa memuaskan diriku sendiri disamping tugas utamaku memuaskan tamuku, kini aku harus berusaha membuat tamuku kembali, kini aku harus siap menanggung segala resiko yang timbul akibat pekerjaanku ini, kini aku harus bisa bercinta tanpa mempertimbangkan rasa cinta atau rasa suka, dan banyak lagi keharusan lain yang harus aku siapkan.
“Gila Ly, seperti bercinta dengan perawan, kencang banget” komentar Koh Wi memecahkan kebisuan diantara kami.“Habis punya Koh Wi gede buanget, seperti saat perawan dulu, mungkin lecet kali”“Nggak rugi deh aku merawani kamu”Sebenarnya aku mau mengaku bahwa aku sangat menikmati percintaan barusan setelah dua tahun tidak bercinta, tapi aku malu mengatakannya.
Tak lama kemudian telepon berbunyi, ternyata dari Om Lok, dia menanyakan apakah sudah selesai atau Koh Wi mau tinggal lebih lama alis memperpanjang, kuberikan telepon itu ke Koh Wi, entah apa yang mereka bicarakan aku tak tahu lagi karena kutinggalkan Koh Wi ke kamar mandi untuk mencuci tubuh dan vaginaku dari sperma dan keringatnya, ada rasa jijik melihat spermanya, begitu juga dengan aroma keringatnya, tapi kutahan perasaan itu.“Ly, aku ingin lebih lama tinggal tapi aku harus menjemput istriku di Juanda, terus terang aku sangat sangat sangat puas, mungkin besok aku kesini lagi” katanya ketika aku keluar dari kamar mandi sambil mengenakan kembali pakaiannya, sebenarnya aku tak peduli dia mau kesini apa enggak, aku berharap mendapat tamu yang lebih bagus dari dia.
Koh Wi memberiku tip beberapa ratus dolar sebelum meninggalkan kamar, kuhitung ada sepuluh lembar berarti hampir 2,5 juta (kurs saat itu sekitar 2400), aku tercenung di kamar sendirian sambil menggenggam dolar pemberian Koh Wi, begitu mudah mendapatkan uang dalam bisnis ini, belum lagi yang aku terima nanti dari Om Lok, aku mulai membayangkan manisnya profesi ini, disamping materi aku bisa mendapatkan kepuasan sex.“Sudah dapat nikmat masih dibayar lagi” pikirku.
Si Ceking
Aku masih menggenggam dolar itu dan dalam keadaan telanjang ketika Om Lok masuk ke kamar, sepertinya Koh Wi tidak menutup pintu dengan benar hingga bisa dibuka dari luar.“Simpan uang itu, jangan dihambur hamburkan” kata Om Lok sambil matanya melototi tubuh telanjangku.Aku segera menutup tubuhku sebisanya dan menyamber selimut yang ada di ranjang untuk menutup tubuhku, it’s not for free. Om Lok datang membawa VCD Player dan beberapa disc, bisa diduga semua itu adalah film porno. Disamping itu dia membawa makanan kesukaanku yang pasti tidak tersedia di hotel ini. Aku dan Om Lok sebenarnya adalah tetangga, karena itu dia tahu dengan pasti saat aku bercerai dengan suamiku, hampir setahun dia membujukku untuk pekerjaan ini sebelum akhirnya aku menerimanya.
“Jam empat nanti akan ada tamu lagi, bersiaplah” kata Om Lok sebelum meninggalkan kamar, berarti masih ada waktu dua jam bagiku untuk istirahat dan bersiap.Sambil tetap telanjang aku nikmati makanan kesukaanku, kuamati ranjang tempat aku pertama kali menyerahkan kehormatanku ke Koh Wi, tetap berantakan seperti saat Koh Wi meninggalkan kamar, beberapa bercak basah tampak di sprei, entah keringat entah sperma aku tidak tahu pasti. Selesai makan kurapikan sprei dan aku tiduran sambil nonton VCD bawaan Om Lok tadi, aku terhanyut menikmati film itu, tak terasa Disc kedua sudah aku putar hingga kusadari sudah hampir setengah empat, berarti aku harus bersiap menyambut kedatangan tamuku.
Segera aku mandi menyegarkan badan dan terutama untuk menghilangkan bau keringat Koh Wi yang mungkin masih menempel di tubuhku. Sesuai pesanan tamuku, kukenakan pakaian yang sexy, gaun panjang merah dengan punggung terbuka hanya bergantung pada ikatan di leherku, sengaja kukenakan bra strapless untuk menyesuaikan dengan model gaun itu, belahan kaki hingga jauh di atas paha, potongan model pakaian yang ketat hingga tampak tonjolan buah dadaku, kusemprotkan Issey Miyake di leher dan dadaku, kukenakan make up tipis penghias wajahku, kini aku sudah siap untuk menerima tamu kedua.
Agak deg deg-an dan penasaran aku menunggu, seperti apakah tamuku ini?, seperti apakah orang yang akan menikmati kehangatan tubuhku kali ini?, seperti apakah permainan sex-nya? apakah dia sesabar Koh Wi tadi? Berjuta pertanyaan bergelayut di pikiranku, aku tidak berani berharap terlalu banyak akan tamuku, aku Cuma akan berusaha sedapat mungkin memuaskan tamu dan sedapat mungkin juga mendapatkan kepuasan.
Pukul 4:10 sore tamuku datang, seorang cina lagi, usianya aku taksir hampir mendekati 50 tahun, tubuhnya yang ceking tetapi buncit dan berkacamata, entah minus berapa dia tapi kelihatannya cukup tebal. Sungguh jauh dari kesan romantis dan menyenangkan.
Namanya Rudi, kupanggil dia Koh Rudi, kubiasakan memanggil tamuku dengan Koh supaya tidak terkesan tua.Aku sudah bisa menguasai diri, karena pembawaanku memang supel maka kini tak terlalu canggung bersama Koh Rudi berdua di kamar. Setelah berbasa basi mengakrabkan suasana, dia menarikku ke pangkuannya, tangannya langsung meraih buah dadaku karena memang terlihat montok mengundang, diremas remasnya sambil menciumi leherku, kembali rasa risih menyelimuti batinku, aku duduk dipangkuan Koh Rudi yang baru kukenal setengah jam yang lalu sambil menjamah dan menggerayangi sekujur tubuhku. Untuk menutupi rasa risih itu aku pura pura mendesis ke-enak-an, wajah Koh Rudi sudah diusap usapkan ke buah dadaku yang menonjol dengan gemas, tangannya mulai menggerayangi pahaku dari belahan paha gaun merahku.
Melihat Koh Rudi langsung melakukan manuver, akupun melakukan hal yang sama, “Lebih cepat lebih baik” pikirku, sambil mulai membuka kancing bajunya.Koh Rudi sudah membuka resliting di punggungku ketika bajunya sudah terlepas dari tubuhnya, terlihat tulangnya yang terbungkus kulit, dan perut buncitnya yang menonjol. Gaunku sudah merosot hingga ke lengan, buah dadaku yang terbungkus bra biru berenda sudah tampak menantang, kembali Koh Rudi membenamkan wajahnya di antara kedua bukitku, agak risih juga aku diperlakukan seperti itu, tangannya sudah sampai di selangkangan dan mempermainkan vaginaku dari luar celana dalam, aku semakin risih, kututupi dengan ke-pura pura-anku mendesis, kubelai rambutnya yang sudah banyak memutih.
Dia mengluarkan bukitku dari sarangnya, langsung Koh Rudi mendaratkan bibirnya di putingku yang masih memerah mungil, dikulumnya puting itu dengan penuh nafsu sambil mempermainkan lidahnya. Ada sedikit kenikmatan menjalari tubuhku, tangan Koh Rudi menyelinap di balik celana dalamku, mempermainkan klitorisku, kupejamkan mataku, aku tak mau melihat wajah “Anehnya”. Bra-ku sudah terlepas menutupi buah dadaku, “Gila bagus amat, kencang lagi” katanya ketika melihat sepasang buah dadaku yang sudah telanjang, langsung kembali mengulumnya, dari satu puting ke puting lainnya.
Jari tangan Koh Wi sudah menyusup di liang kenikmatanku, aku merasa geli dan risih dengan perlakuannya, ingin aku teriak marah tapi tak mungkin kulakukan, maka kulampiaskan dengan desis kepura-pura-an.“Aku ingin merasakan vaginamu yang masih segar di hari pertamamu bekerja” bisiknya ketika menciumku.Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung memintaku duduk dan jongkok di antara kakiku, dia adalah orang kedua dalam hidupku yang jongkok di selangkanganku dan dengan bebasnya melototi bagian kewanitaanku yang selama ini aku jaga, aku jadi malu dan marah, apalagi setelah dia melepas celana dalamku, diciumnya celana dalam itu, lalu dia kembali melototi vaginaku yang masih memerah dengan sorot mata penuh nafsu, aku benar benar marah diperlakukan seperti itu, tapi aku tak bisa berbuat apa apa, kutarik kepalanya ke vaginaku dan kubenamkan di selangkanganku.
Lebih baik aku menerima jilatan dari pada dipelototi seperti itu, Koh Rudi mengusap usapkan kepalanya di vaginaku, dia “Melahap” dengan nafsunya. Aku memejamkan mata berusaha menikmati jilatannya, kukonsentrasikan untuk menikmatinya daripada mengikuti emosi rasa risih ini sambil membayangkan adegan di film yang baru kulihat tadi, sepertinya aku berhasil, perlahan birahiku mulai naik, kutekan kepalanya lebih dalam di selangkanganku, kupaksakan aku mendesah menutupi kecanggungan birahi yang kurasakan aneh. Cukup lama Koh Rudi menjilati vaginaku sambil tangannya memainkan putingku, geli, marah, nikmat, semua bercampur menjadi satu emosi, kembali aku mendesah menutupi marah.
Koh Rudi berdiri, kubuka celananya dan menariknya turun, kini tinggal celana kolor sekali lagi celana kolor dan bukan celana dalam pada umumnya, aku geli melihatnya, sungguh tipikal orang kuno, kutarik celana kolornya turun, tampaklah penisnya yang kecil panjang sudah menegang, ada yang aneh di penis itu, ternyata dia tidak disunat, baru kali ini aku melihat penis orang dewasa yang tidak disunat, sungguh kelihatan aneh dan lucu, kutahan senyumanku agar dia tidak tersinggung. Kupegang kejantanannya, terasa aneh di tanganku, kukocok, kulit penisnya terasa mengganggu tanganku mengocok, terasa licin, tidak ada gesekan antara tanganku dan penisnya. Koh Rudi menyodorkan di mulutku, dengan senyum halus aku menolaknya, kuusap usapkan penis itu di pipiku tapi tak pernah menyentuh bibir, lalu kuusapkan kepala penis ke putingku, dia mulai mendesah.
Tubuh ceking buncit yang berdiri di depanku langsung berlutut di antara kakiku, menyingkap gaunku yang belum terlepas, lalu menyapukan kepala penis di bibir vaginaku, sambil memandangku penuh nafsu seakan hendak menelanku hidup hidup, Koh Rudi mendorong penisnya, dia menciumku gemas setelah berhasil memasukkan semua batang penis ke vaginaku, dibandingkan dengan punya ex-suamiku apalagi Koh Wi barusan, penis itu lebih kecil, terasa aneh di vaginaku, apalagi aku telah merasakan besarnya penis Koh Wi, terasa tak jauh beda dengan kocokan jari tangannya.
Rasa aneh bertambah aneh ketika Koh Rudi mulai mengocokku, seperti licin dan berlari lari di vaginaku, tak ada kenikmatan yang kurasakan, hanya geli dan lucu merasakan kocokan Koh Rudi, tapi aku tetap mendesah menutupi keanehan yang ada. Koh Rudi menciumi leherku sambil meremas buah dada dan mengocok vaginaku, tangannya begitu aktif menjamah tubuhku, begitu juga dengan lidahnya yang rajin menjelajah leher dan telingaku, aku menggelinjang geli, bukan kenikmatan yang kuperoleh tapi rasa geli, sungguh merupakan siksaan tersendiri, aku lebih suka jilatannya yang bervariasi dibanding kocokan penisnya di vagina.
Kuremas rambutnya, aku mulai menggoyang pinggulku mengimbangi gerakannya, aku mulai pura pura mendesah desah kenikmatan, semata mata untuk menambah gairah Koh Rudi biar lebih cepat menyelesaikan permainannya. Tapi diluar dugaanku, hampir limabelas menit dia mengocokku lalu minta ganti posisi, aku nungging di kursi dan dia mengocokku dari belakang, posisi doggie, sebenarnya ini posisi favouritku, tapi dengan Koh Rudi sungguh menjengkelkan karena aku tak bisa merasakan kenikmatan sexual. Dia mengocokku dengan keras, beberapa kali tubuhnya menghentak tubuhku, tapi tetap saja aku tidak bisa merasakan kenikmatan, padahal aku sudah memejamkan mata berkonsentrasi untuk meraih kenikmatan, tapi hanya geli dan geli yang kudapat.
“Oh yaa.. terus.. yaa.. aah.. yess” desahku pura pura, dia mempercepat kocokannya sambil meremas remas buah dadaku yang menggantung. Tubuh cekingnya seolah memelukku dari belakang, tapi terganjal perut buncitnya.Kugoyang pantatku mengimbanginya, tubuh kami berimpit saling menggoyang, tak lama kemudian koh Rudi teriak orgasme, kurasakan cairan hangat membasahi vaginaku, aku pura pura teriak orgasme mengikutinya, denyutan penis Koh Rudi tak terasa begitu mendenyut, kugoyangkan pantatku lebih keras, akhirnya tubuh Koh Rudi melemas dan menarik penisnya dari vaginaku, dia duduk lemas di sofa, kudampingi duduk disampingnya, disambutnya dengan ciuman di pipi dan bibirku.
Kubersihkan penisnya dengan tissue lalu aku beranjak ke kamar mandi membersihkan vaginaku, lalu dengan berbalut handuk di badan kutemani Koh Rudi yang sekarang sudah telentang di ranjang, aku diminta menemaninya tiduran di situ. Kuangsurkan minuman, lalu kami tiduran di ranjang.“Kamu banyak koleksi film ya, sering nonton?” tanyanya, rupanya dia melihat koleksi VCD-ku yang ada di meja rias.“Belum, barusan tadi player dan VCD-nya dibeli, enakan main sendiri dari pada nonton” jawabku.“Lebih enak lagi kalo main sambil nonton” katanya lagi.“Atau nonton sambil main” jawabku.“Terserahlah yang jelas sama sama enak” katanya sambil mencium pipiku.
Atas permintaan Koh Rudi kami nonton film porno koleksiku, lebih tepatnya pemberian dari Om Lok. Terlihat Koh Rudi begitu menikmati film itu sambil meraba raba tubuhku, meski aku tidak terlalu menikmatinya, aku ikutan memegang megang penisnya. Setengah jam tidak terjadi apa apa, mungkin Koh Rudi belum recovery, tapi setelah itu kurasakan penis Koh Rudi mulai menegang ketika terlihat di TV seorang laki laki sedang dikerubuti dua orang cewek bule yang cantik, entah apa yang ada di benaknya, tapi penisnya mulai bereaksi menegang.
Tak lama kemudian sebelum film itu berakhir, Koh Rudi sudah mulai mencumbuku, mencium bibirku, lalu meremas dan mengulum putingku, aku kembali pura pura mendesah, Koh Rudi menggeser dan memiringkan tubuhku menghadap ke TV, dia berada di belakangku lalu mengusap usapkan penisnya di pantatku, kaki kiriku di angkat naik untuk memudahkan penisnya memasuki vaginaku, dengan sedikit susah karena terganjal perut buncitnya, akhirnya dia berhasil melesakkan ke vaginaku, ini posisi baru bagiku. Sambil menonton film kami bercinta, dia mengocokku dari belakang dengan posisi tidur miring menghadap TV.
Tangannya tiada henti meremas remas buah dadaku, sepertinya dia begitu menikmati bercinta dan nonton film secara bersamaan, desahan ke-pura pura-an bercampur jerit kenikmatan dari TV, dia makin bergairah mengocokku, seakan dia bercinta dengan wanita bule yang cantik di film itu, aku tidak tahu fantasi laki laki yang mengocokku dari belakang ini, tapi yang penting bagiku bagaimana menyelesaikan secepat mungkin, karena aku tidak bisa menikmati bercinta dengannya.
Dengan posisi seperti ini aku susah menggoyangkan pantatku, jadi sepenuhnya tergantung gerakan Koh Rudi, entah sudah berapa kami bercinta dengan posisi seperti ini, film sudah berganti ke VCD kedua secara otomatis. Seiring dengan pergantian VCD, tubuh Koh Rudi naik di atasku, dia menindih tubuhku, bibirnya menyusuri leher dan dadaku, perut buncitnya terasa mengganjal perutku membuat aku tidak nyaman dalam tindihannya, dia menyusupkan tangannya dipunggungku, mengganjal hingga buah dadaku naik lebih menekan tubuhnya, pelukannya semakin rapat seiring dengan cepatnya kocokannya, pantatnya turun naik diatas tubuhku, aku mendesah seolah dalam kenikmatan, bibirnya menyusuri leher jenjangku, sesekali kepalanya berpaling menyaksikan adegan di TV yang sudah mulai lagi.
Tak lama kemudian sebelum adegan sex pertama berakhir, Koh Rudi menyemprotkan spermanya ke vaginaku untuk kedua kalinya, aku menjerit nikmat dalam ke-pura pura-an, dia memelukku lebih rapat hingga berakhirnya denyutan di penisnya. Tubuh Koh Rudi yang penuh peluh kenikmatan ambruk di atas tubuhku, napasnya menderu di dekat telingaku, detak jantungnya kencang kurasakan di dadaku. Perlahan penisnya melemas dan keluar dengan sendirinya, kudorong tubuhnya menjauh karena aku tak bisa bernapas terhimpit perut buncitnya, sungguh tersiksa bercinta dengan dia karena tak secuil kenikmatan yang kudapat, hanya perasaan risih dan marah yang menggunung di dadaku.
“Ly, kamu hebat deh, tubuhmu masih bagus dan buah dada yang kenceng gitu bikin aku makin bernafsu saja, apalagi desahanmu bikin aku makin gemes” pujinya.Aku tak tahu harus menjawab apa, tak mungkin aku berkata jujur didepannya.“Koh Rudi juga hebat, bisa berturut turut gitu, lama lagi” jawabku klise menghiburKubersihkan penis Koh Rudi dengan handuk kecil yang sudah aku siapkan, kurasakan sperma Koh Rudi meleleh keluar dari vaginaku, tak benyak memang tapi membuatku risih, segera kucuci di kamar mandi.
Kubersihkan sekalian tubuhku, dengan air shower yang hangat terasa menyegarkan dan memadamkan kemarahanku, cukup lama aku di kamar mandi hingga tak kusadari Koh Rudi sudah berada di situ memperhatikanku. Aku kaget, secara reflek kututup tubuh telanjangku dengan tangan sebisanya, mau marah, belum pernah seumur umur ada laki laki melihatku mandi meskipun ex-suamiku dulu, tapi aku segera tersadar bahwa dia adalah tamuku, percuma aku menutupi tubuhku, toh dia sudah menikmatinya, dengan senyum terpaksa aku menghilangkan kekagetanku.
“Koh Rudi bikin aku kaget saja” teriakku manja“Sini aku mandiin” dia menawarkan diri, agak ragu aku menerima tawarannya, belum pernah aku mandi bersama dengan laki laki, meskipun ex-suamiku, kini Koh Rudi yang baru kukenal sejam yang lalu sudah mau mandiin aku, tapi apa dayaku untuk menolak, toh ini untuk kepuasan tamuku juga, aku hanya tersenyum menerima tawarannya.
Koh Rudi mengikutiku ke dalam bathtub, dia menggosok punggungku dengan tangan dan sabun, tangannya kemudian menjelajah ke depan dan meremas buah dadaku, dipeluknya aku dari belakang, kurasakan erotica tersendiri merasakan pelukan dalam licinnya busa sabun. Kubalikkan tubuhku, kini aku menggosok tubuh Koh Rudi dengan sabun, tangannya tak henti menjamah buah dadaku yang masih berbusa sabun, kami kembali berpelukan, kali ini berhadapan, dia menggesek gesekkan tubuhnya di tubuhku, memang ada erotica yang tak kuduga, tak mau terhanyut terlalu lama dalam erotisme ini, kunyalakan air shower menyiram dan membasahi kami berdua, Koh Rudi membalikkan tubuhku dan mendorongku ke dinding, dengan posisi condong begitu, maka pantatku tepat di depan penis Koh Rudi, aku baru menyadari ketika kembali Koh Rudi mengusap usapkan penisnya di tubuhku.
Kakiku sedikit dibuka, maka Koh Rudi dengan mudah memasukkan penisnya ke tubuhku dibawah siraman air shower yang hangat, kami bercinta dengan berdiri, pancuran air shower membasahi tubuh kami, baru sekarang kurasakan nikmatnya bercinta, mungkin karena perasaan erotisme saat mandi bersama tadi, kali ini aku mendesah tanpa pura pura, sebenarnya ada sedikit menyesal merasakan nikmat dari Koh Rudi, tapi tak bisa kupungkiri nikmatnya kocokannya sekarang. Kecipuk air mengiringi kocokan kami, perlahan gairahku mulai naik, semakin cepat Koh Rudi mengocokku semakin cepat birahiku naik, tak kuhiraukan air membasahi rambutku, aku konsentrasi pada pencapaian kenikmatan, tangan Koh Rudi kembali menjamah buah dadaku dan meremasnya.
Kuimbangi kocokan Koh Rudi dengan goyangan di pantatku, semakin nikmat kurasakan serasa melayang di awing, tapi tiba tiba kurasakan denyutan di vaginaku, ternyata Koh Rudi mendahuluiku mencapai puncak kenikmatan, dia mencengkeram buah dadaku erat, aku tetap menggoyangkan pantat dengan cepat, tak kupedulikan denyutan Koh Rudi di vaginaku, tak kupedulikan teriakan kenikmatan darinya, aku ingin orgasme saat ini, tapi harapan tinggal harapan, ternyata penis Koh Rudi melemas tak lama kemudian sebelum puncak kenikmatan kugapai, dan orgasme semakin menjauh dariku.
Aku kecewa sungguh kecewa, dia tak dapat memberiku kepuasan secuilpun, sesaat kemudian aku tersadar, memang bukan tugas dia untuk memuaskanku, tapi tugaskulah untuk memuaskan dia, jadi tak ada yang salah dalam hal ini, akulah yang terlalu banyak berharap.
Dengan menelan kekecewaan demi kekecewaan aku tetap berusaha tersenyum, kututupi kekecewaanku dengan mencuci penis Koh Rudi, kulihat senyum kepuasan mengembang di wajahnya, aku terpaksa ikut puas melihat kepuasannya.“Baru kali ini aku bercinta sambil mandi, ternyata sungguh nikmat” katanya, aku kaget mendengarnya, ternyata aku dijadikan percobaan olehnya. Kuteruskan mencuci, agak sulit karena harus membuka kulit penutup kepala penisnya, aku masih merasa lucu melihat bentuk penis yang belum disunat.
Sehabis mandi Koh Rudi langsung kembali berpakaian bersiap untuk pulang, aku hanya mengenakan handuk melilit tubuhku, tak terasa hampir dua jam aku menemani dia dengan tiga kali bercinta, aku berharap dia puas dan memberiku tip yang lumayan atas pelayananku atau paling tidak dia akan kembali menjadi pelanggan tetapku.“Tak salah kamu memang primadona si Lok dan kamu memang luar biasa” katanya sebelum meninggalkan kamarku, dia memberiku ciuman di pipi dan pergi.
Aku agak kecewa karena tak ada tip untukku, meski hargaku tinggi tapi kalau dengan tip pasti tak akan aku tolak, mungkin dia merasa sudah membayar mahal atau mungkin aku kurang memberikan servis yang dia inginkan, atau aku kurang memuaskannya, tapi ah siapa peduli, aku sudah berusaha dan dia sudah membayarku mahal untuk pelayanan dan tubuhku.
Aku melanjutkan mandiku yang terpotong, lalu menonton VCD yang belum selesai tadi sambil mengenakan piyama, menunggu order tamu berikutnya, tanpa tahu laki laki macam apalagi yang akan menikmati tubuhku, bagiku yang penting adalah duit dan duit selagi tubuhku masih mempunyai daya jual.
Atas permintaan Koh Rudi kami nonton film porno koleksiku, lebih tepatnya pemberian dari Om Lok. Terlihat Koh Rudi begitu menikmati film itu sambil meraba raba tubuhku, meski aku tidak terlalu menikmatinya, aku ikutan memegang megang penisnya. Setengah jam tidak terjadi apa apa, mungkin Koh Rudi belum recovery, tapi setelah itu kurasakan penis Koh Rudi mulai menegang ketika terlihat di TV seorang laki laki sedang dikerubuti dua orang cewek bule yang cantik, entah apa yang ada di benaknya, tapi penisnya mulai bereaksi menegang.
Tak lama kemudian sebelum film itu berakhir, Koh Rudi sudah mulai mencumbuku, mencium bibirku, lalu meremas dan mengulum putingku, aku kembali pura pura mendesah, Koh Rudi menggeser dan memiringkan tubuhku menghadap ke TV, dia berada di belakangku lalu mengusap usapkan penisnya di pantatku, kaki kiriku di angkat naik untuk memudahkan penisnya memasuki vaginaku, dengan sedikit susah karena terganjal perut buncitnya, akhirnya dia berhasil melesakkan ke vaginaku, ini posisi baru bagiku. Sambil menonton film kami bercinta, dia mengocokku dari belakang dengan posisi tidur miring menghadap TV.
Tangannya tiada henti meremas remas buah dadaku, sepertinya dia begitu menikmati bercinta dan nonton film secara bersamaan, desahan ke-pura pura-an bercampur jerit kenikmatan dari TV, dia makin bergairah mengocokku, seakan dia bercinta dengan wanita bule yang cantik di film itu, aku tidak tahu fantasi laki laki yang mengocokku dari belakang ini, tapi yang penting bagiku bagaimana menyelesaikan secepat mungkin, karena aku tidak bisa menikmati bercinta dengannya.
Dengan posisi seperti ini aku susah menggoyangkan pantatku, jadi sepenuhnya tergantung gerakan Koh Rudi, entah sudah berapa kami bercinta dengan posisi seperti ini, film sudah berganti ke VCD kedua secara otomatis. Seiring dengan pergantian VCD, tubuh Koh Rudi naik di atasku, dia menindih tubuhku, bibirnya menyusuri leher dan dadaku, perut buncitnya terasa mengganjal perutku membuat aku tidak nyaman dalam tindihannya, dia menyusupkan tangannya dipunggungku, mengganjal hingga buah dadaku naik lebih menekan tubuhnya, pelukannya semakin rapat seiring dengan cepatnya kocokannya, pantatnya turun naik diatas tubuhku, aku mendesah seolah dalam kenikmatan, bibirnya menyusuri leher jenjangku, sesekali kepalanya berpaling menyaksikan adegan di TV yang sudah mulai lagi.
Tak lama kemudian sebelum adegan sex pertama berakhir, Koh Rudi menyemprotkan spermanya ke vaginaku untuk kedua kalinya, aku menjerit nikmat dalam ke-pura pura-an, dia memelukku lebih rapat hingga berakhirnya denyutan di penisnya. Tubuh Koh Rudi yang penuh peluh kenikmatan ambruk di atas tubuhku, napasnya menderu di dekat telingaku, detak jantungnya kencang kurasakan di dadaku. Perlahan penisnya melemas dan keluar dengan sendirinya, kudorong tubuhnya menjauh karena aku tak bisa bernapas terhimpit perut buncitnya, sungguh tersiksa bercinta dengan dia karena tak secuil kenikmatan yang kudapat, hanya perasaan risih dan marah yang menggunung di dadaku.
“Ly, kamu hebat deh, tubuhmu masih bagus dan buah dada yang kenceng gitu bikin aku makin bernafsu saja, apalagi desahanmu bikin aku makin gemes” pujinya.Aku tak tahu harus menjawab apa, tak mungkin aku berkata jujur didepannya.“Koh Rudi juga hebat, bisa berturut turut gitu, lama lagi” jawabku klise menghiburKubersihkan penis Koh Rudi dengan handuk kecil yang sudah aku siapkan, kurasakan sperma Koh Rudi meleleh keluar dari vaginaku, tak benyak memang tapi membuatku risih, segera kucuci di kamar mandi.
Kubersihkan sekalian tubuhku, dengan air shower yang hangat terasa menyegarkan dan memadamkan kemarahanku, cukup lama aku di kamar mandi hingga tak kusadari Koh Rudi sudah berada di situ memperhatikanku. Aku kaget, secara reflek kututup tubuh telanjangku dengan tangan sebisanya, mau marah, belum pernah seumur umur ada laki laki melihatku mandi meskipun ex-suamiku dulu, tapi aku segera tersadar bahwa dia adalah tamuku, percuma aku menutupi tubuhku, toh dia sudah menikmatinya, dengan senyum terpaksa aku menghilangkan kekagetanku.
“Koh Rudi bikin aku kaget saja” teriakku manja“Sini aku mandiin” dia menawarkan diri, agak ragu aku menerima tawarannya, belum pernah aku mandi bersama dengan laki laki, meskipun ex-suamiku, kini Koh Rudi yang baru kukenal sejam yang lalu sudah mau mandiin aku, tapi apa dayaku untuk menolak, toh ini untuk kepuasan tamuku juga, aku hanya tersenyum menerima tawarannya.
Koh Rudi mengikutiku ke dalam bathtub, dia menggosok punggungku dengan tangan dan sabun, tangannya kemudian menjelajah ke depan dan meremas buah dadaku, dipeluknya aku dari belakang, kurasakan erotica tersendiri merasakan pelukan dalam licinnya busa sabun. Kubalikkan tubuhku, kini aku menggosok tubuh Koh Rudi dengan sabun, tangannya tak henti menjamah buah dadaku yang masih berbusa sabun, kami kembali berpelukan, kali ini berhadapan, dia menggesek gesekkan tubuhnya di tubuhku, memang ada erotica yang tak kuduga, tak mau terhanyut terlalu lama dalam erotisme ini, kunyalakan air shower menyiram dan membasahi kami berdua, Koh Rudi membalikkan tubuhku dan mendorongku ke dinding, dengan posisi condong begitu, maka pantatku tepat di depan penis Koh Rudi, aku baru menyadari ketika kembali Koh Rudi mengusap usapkan penisnya di tubuhku.
Kakiku sedikit dibuka, maka Koh Rudi dengan mudah memasukkan penisnya ke tubuhku dibawah siraman air shower yang hangat, kami bercinta dengan berdiri, pancuran air shower membasahi tubuh kami, baru sekarang kurasakan nikmatnya bercinta, mungkin karena perasaan erotisme saat mandi bersama tadi, kali ini aku mendesah tanpa pura pura, sebenarnya ada sedikit menyesal merasakan nikmat dari Koh Rudi, tapi tak bisa kupungkiri nikmatnya kocokannya sekarang. Kecipuk air mengiringi kocokan kami, perlahan gairahku mulai naik, semakin cepat Koh Rudi mengocokku semakin cepat birahiku naik, tak kuhiraukan air membasahi rambutku, aku konsentrasi pada pencapaian kenikmatan, tangan Koh Rudi kembali menjamah buah dadaku dan meremasnya.
Kuimbangi kocokan Koh Rudi dengan goyangan di pantatku, semakin nikmat kurasakan serasa melayang di awing, tapi tiba tiba kurasakan denyutan di vaginaku, ternyata Koh Rudi mendahuluiku mencapai puncak kenikmatan, dia mencengkeram buah dadaku erat, aku tetap menggoyangkan pantat dengan cepat, tak kupedulikan denyutan Koh Rudi di vaginaku, tak kupedulikan teriakan kenikmatan darinya, aku ingin orgasme saat ini, tapi harapan tinggal harapan, ternyata penis Koh Rudi melemas tak lama kemudian sebelum puncak kenikmatan kugapai, dan orgasme semakin menjauh dariku.
Aku kecewa sungguh kecewa, dia tak dapat memberiku kepuasan secuilpun, sesaat kemudian aku tersadar, memang bukan tugas dia untuk memuaskanku, tapi tugaskulah untuk memuaskan dia, jadi tak ada yang salah dalam hal ini, akulah yang terlalu banyak berharap.
Dengan menelan kekecewaan demi kekecewaan aku tetap berusaha tersenyum, kututupi kekecewaanku dengan mencuci penis Koh Rudi, kulihat senyum kepuasan mengembang di wajahnya, aku terpaksa ikut puas melihat kepuasannya.“Baru kali ini aku bercinta sambil mandi, ternyata sungguh nikmat” katanya, aku kaget mendengarnya, ternyata aku dijadikan percobaan olehnya. Kuteruskan mencuci, agak sulit karena harus membuka kulit penutup kepala penisnya, aku masih merasa lucu melihat bentuk penis yang belum disunat.
Sehabis mandi Koh Rudi langsung kembali berpakaian bersiap untuk pulang, aku hanya mengenakan handuk melilit tubuhku, tak terasa hampir dua jam aku menemani dia dengan tiga kali bercinta, aku berharap dia puas dan memberiku tip yang lumayan atas pelayananku atau paling tidak dia akan kembali menjadi pelanggan tetapku.“Tak salah kamu memang primadona si Lok dan kamu memang luar biasa” katanya sebelum meninggalkan kamarku, dia memberiku ciuman di pipi dan pergi.
Aku agak kecewa karena tak ada tip untukku, meski hargaku tinggi tapi kalau dengan tip pasti tak akan aku tolak, mungkin dia merasa sudah membayar mahal atau mungkin aku kurang memberikan servis yang dia inginkan, atau aku kurang memuaskannya, tapi ah siapa peduli, aku sudah berusaha dan dia sudah membayarku mahal untuk pelayanan dan tubuhku.
Aku melanjutkan mandiku yang terpotong, lalu menonton VCD yang belum selesai tadi sambil mengenakan piyama, menunggu order tamu berikutnya, tanpa tahu laki laki macam apalagi yang akan menikmati tubuhku, bagiku yang penting adalah duit dan duit selagi tubuhku masih mempunyai daya jual.

Meraih Kenikmatan Bersama Om Nakal

Oom Icar, 47 tahun juga cukup dikenal akrab oleh Sinta karena dia sering bertandang di rumah sahabatnya ini. Pada penampilan luarnya Oom Icar bertampang simpatik dan malah kelihatan sebagai orang alim, tapi kenapa sampai bisa berhubungan dengan Sinta ini awalnya cukup konyol. Secara kebetulan keduanya saling kepergok di sebuah hotel ketika masing-masing akan melakukan perbuatan iseng. Oom Icar saat itu sedang menggandeng seorang pelacur langganan tetapnya dan Sinta saat itu sedang digandeng dr.Budi.
Keduanya jelas-jelas bertemu di gang hotel sama-sama tidak bisa mengelak. Tentu saja sama-sama kaget tapi masing-masing cepat bisa bersandiwara pura-pura saling tidak kenal.
Kelanjutan dari itu masing-masing sepakat bertemu dikesempatan tersendiri untuk saling menjelaskan dan membela diri. Bahwa kalau Sinta mengaku hubungannya dengan dr.Budi karena kena bujuk diajak beriseng dan cuma dengan laki-laki itu saja, sedang Oom Icar mengaku bahwa dia terpaksa mencari pelarian karena Tante Vera, istrinya, katanya sudah kurang bergairah menjalankan kewajibannya sebagai istri di tempat tidur. Masuk akal bagi Sinta karena dilihatnya Tante Vera yang gemuk itu memang lebih sibuk di luar rumah mengurus bisnis berliannya ketimbang mengurus suami dan keluarganya. Itu sebabnya Asmi, salah satu anaknya juga jadi bebas dan liar di luaran.
Dari pertemuan itu masing-masing nampak sama ketakutan kalau rahasianya terbongkar di luaran. Sinta takut hubungannya dengan dr.Budi didengar orang tuanya sedang Oom Icar juga lebih takut lagi nama baiknya jadi rusak. Berikutnya karena kadung sudah saling terbuka kartu masing-masing, keduanya yang berusaha agar saling menutup mulut jangan membuka rahasia ini justru menemukan cara tersendiri yaitu dengan membuat hubungan gelap satu sama lain. Ide ini terlontar oleh Oom Icar yang coba merayu Sinta ternyata diterima baik oleh Sinta.
Singkat cerita kesepakatan pun tercapai, cuma ketika menjelang janji bertemu di suatu tempat di mana Oom Icar akan menjemput dan membawa Sinta ke hotel, Sinta meskipun melihat tidak ada salahnya mencoba iseng dengan Oom Icar tidak urung berdebar juga jantungnya. Tegang karena partner kali ini hubungannya terkait dekat. Sekali meleset dan terbongkar bisa fatal urusan malunya. Begitu juga waktu sudah semobil di sebelah Oom Icar, sempat kikuk malu dia dengan laki-laki yang ayah sahabatnya ini. Pasalnya Oom Icar yang sebenarnya juga sama tegang karena kali ini yang dibawa adalah teman dekat anak gadisnya, dia hampir tidak ada suaranya dan pura-pura sibuk menyetir mobilnya sehingga Sinta didiamkan begini jadi salah tingkah menghadapinya. Tapi waktu sudah masuk kamar hotel dan mengawali dengan duduk ngobrol dulu merapat di sofa, di situ mulai ke luar keluwesan Oom Icar dalam bercumbu. Sinta pun mulai lincah seperti biasa pembawaannya kalau sedang menghadapi dr.Budi. Genit manja jinak-jinak merpati membuat si Oom tambah penasaran terangsang kepadanya. Waktu itu dengan mesra Oom Icar menawarkan makan pada Sinta tapi ditolak karena masih merasa kenyang.
“Aku minta rokoknya Oom.. Sinta pengen ngerokok.” pinta Sinta sebagai alternatif tawaran Oom Icar.“Oh ngerokok juga? Iya ada, mari Oom yang pasangin. Oom nggak tau kalo Sinta juga ngerokok.”“Cuma sekali-sekali aja, abis deg-degan pergi sama Oom ke sini.” jelas Sinta menunjukan kepolosannya.“Kok sama, Oom juga sempat tegang waktu bawa Sinta di mobil tadi, takut kalo ada yang ngeliat.”Masing-masing sama mengakui apa yang dirasakan selama dalam perjalanan. Sinta mulai menggoda Oom Icar.“Masa udah tegang duluan, kan belum apa-apa Oom?” godanya dengan genit.“Oo yang itu memang belum, tapi jantungnya yang tegang.” jawab Oom Icar setelah membakar sebatang rokok buat Sinta yang sudah langsung menjulurkan tangannya, tapi masih belum diberikan oleh Oom Icar.
“Mana, katanya mau pasangin buat Sinta?”“Sebentar, sebelum ngerokok bibirnya Oom musti cium dulu..”Menutup kalimatnya Oom Icar langsung menyerobot bibir Sinta memberinya satu ciuman bernafsu, dibiarkan saja oleh Sinta hanya setelah itu dia menggigit bibir malu-malu manja menyandarkan kepalanya di dada Oom Icar sambil menyelingi dengan merokok yang sudah diterimanya dari Oom Icar. Melihat ini Oom Icar semakin berlanjut.“Bajunya basah keringetan nih, Oom bukain ya biar nggak kusut?” katanya menawarkan tapi sambil tangannya yang memeluk dari belakang mulai mencoba melepas kancing baju Sinta.
Lagi-lagi Sinta tidak menolak. Dengan gaya acuh tak acuh sibuk mengisap rokoknya, dia membiarkan Oom Icar bekerja sendiri malah dibantu menegakkan duduknya agar kemejanya dapat diloloskan dari lengannya membuat dia tinggal mengenakan kutang saja. Sinta memang sudah terbiasa bertelanjang di depan lelaki, jadi santai saja sikapnya. Tetapi ketika tangan Oom Icar menyambung membuka reitsleting belakang rok jeans-nya dan dari situ akan meloloskan rok berikut celana dalamnya, baru sampai di pinggul Sinta menggelinjang manja.“Ngg.. masak aku ditelanjangin sendiri, Oom juga buka dulu bajunya?”“Iya, iya, Oom juga buka baju Oom..”
Segera Oom Icar melucuti bajunya satu persatu sementara Sinta bergeser duduknya ke sebelah. Berhenti dengan hanya menyisakan celana dalamnya, dia pun beralih untuk meneruskan usahanya melepas rok Sinta. Sekarang baru dituruti tapi juga sama menyisakan celana dalamnya. Tentu saja Oom Icar mengerti bahwa Sinta masih malu-malu, dia tidak memaksa dan kembali menarik Sinta bersandar dalam pelukan di dadanya. Di situ dia mulai dengan mengecup pipi Sinta sambil mengusap-usap pinggang bergerak meremas lembut masing-masing pangkal bawah susu si gadis yang masih tertutup kutangnya.
“Sinta kurus ya Oom?” tanya Sinta sekedar menghilangkan salah tingkah karena susunya mulai digerayangi Oom Icar.“Ah nggak, kamu malah bodimu bagus sekali Sin.” jawab Oom Icar memuji Sinta apa adanya karena memang tubuh gadis ini betul-betul berlekuk indah menggiurkan.“Tapi Oom kan senengnya sama yang mantep, yang hari itu Sinta liat ceweknya montok banget..”“Iya tapi orangnya jelek, udah tua. Abisnya nggak ada lagi sih? Maunya nyari yang cakep kayak Sinta gini. Kalo ini baru asyik..” rayu Oom Icar sambil kali ini mencoba untuk membuka pengait bra Sinta yang kebetulan terletak di bagian depan.“Oom sih ngerayu. Buktinya belon apa-apa udah bilang asyik duluan?”“Justru karena yakin maka Oom berani bilang gitu. Coba aja pikir, ngapain Oom sampe berani ngajak Sinta padahal jelas-jelas udah tau temen baiknya Asmi, ya nggak? Kalo bukan lantaran tau kapan lagi dapet asyik ditemenin cewek secakep Sinta, tentu Oom nggak akan nekat gini. Udah lama Oom seneng ngeliat kamu Sin.”Sinta kena dipuji rayuan yang memang masuk akal ini kontan bersinar-sinar bangga di wajahnya. Perempuan kalau terbidik kelemahannya langsung jadi murah hati, segera mandah saja dia membiarkan kutangnya dilepas sekaligus memberikan kedua susu telanjangnya yang berukuran sedang membulat kenyal mulai diremas tangan Oom Icar.
“Emangnya, Oom seneng sama Sinta sejak kapan? Kayaknya sih Sinta liat biasa-biasa aja?”“Dari Sinta mulai dateng-dateng ke rumah Oom udah ketarik sama cantiknya, cuma masak musti pamer terang-terangan? Tiap kali ngeliat rasanya gemeesss sama kamu..” bicaranya menyebut begitu sambil secara tidak sengaja memilin puting susu di tangannya membuat si gadis lagi-lagi menggelinjang manja.“Aaa.. gemes mau diapain Oom?!”“Gemes mau dipeluk-pelukin gini, dicium-ciumin gini, atau juga diremes-remesin gini.. sshmmm..” jawab Oom Icar dengan memperlihatkan contoh cara dia mendekap erat, mengecup pipi dan meremas susu Sinta.“Terusnya apalagi?”“Terusnya yang terakhir ininya.. Apa sih namaya ini?” tanya canda Oom Icar yang sebelah tangannya sudah diturunkan ke selangkangan Sinta, langsung meremas bukit vagina yang menggembung dan merangsang itu.
“Itu bilangnya.. memek.” jawab Sinta dengan menoleh ke belakang sambil menggigit kecil bibir Oom Icar. Bahasanya vulgar tapi Oom Icar malah senang mendengarnya.“Iya, kalau memek Sinta ini dimasukin Oom punya, boleh kan?”“Dimasukin apa Oom..?”“Ini, apa ya bilangnya?” tanya lagi Oom Icar dengan mengambil sebelah tangan Sinta meletakkan di jendulan penisnya.“Aaa.. ini kan bilangnya kontol.. Dimasukin ini bahaya, kalo hamil malah ketauan orang-orang Oom?” Sinta bergaya pura-pura takut tapi tangannya malah meremas-remas jendulan penis itu.“Jangan ambil bahayanya, ambil enaknya aja. Nanti Oom beliin pil pencegah hamilnya.”“Tapinya sakit nggak?” tanya Sinta sambil mematikan rokoknya ke asbak.“Kalo udah dicoba malah enak. Yuk kita pindah ke tempat tidur?” Oom Icar mengajak tapi sambil membopong Sinta pindah ke tempat tidur untuk masuk di babak permainan cinta. Di sini Sinta mulai memasrahkan diri ketika tubuhnya mulai digeluti kecup cium dan raba gemas yang menaikan birahi nafsunya. Sinta sudah pernah begini dengan dr.Budi, caranya hampir sama dan dia senang digeluti laki-laki yang sudah berumur seperti ini. Karena mereka bukan hanya lebih pengalaman tapi juga lebih teliti jika mengecapi tubuh perempuan, apalagi gadis remaja seperti dia. Asyik rasanya menggeliat-geliat, merengek-rengek manja diserbu rangsangan bernafsu yang bertubi-tubi di sekujur tubuhnya.
“Ahahhggg.. gellii Oomm.. Sshh.. iihh.. Oom sakit gitu.. sssh.. hnggg..”Mengerang antara geli dan perih tapi dengan tertawa-tawa senang, yang begini justru memancing si Oom makin menjadi-jadi. Oom Icar yang nampaknya baru kali ini bergelut dengan seorang gadis remaja cantik tentu saja terangsang hebat, hanya saja dia sayang untuk terburu-buru dan masih senang untuk mengecapi sepuas-puasnya tubuh mulus indah yang dagingnya masih padat kencang ini. Dari semula saja dia sudah nekat melupakan bagaimana status hubungannya dengan Sinta apalagi setelah dilanda nafsu tinggi seperti ini. Anak gadis teman baiknya dan sekaligus sahabat anaknya ini begitu merangsang gairahnya membuat dia jadi terlupa segala-galanya. Sinta yang sudah memberi celana dalamnya diloloskan jadi telanjang bulat sudah rata seputar tubuhnya dijilati dengan rakus. Diberi bagian susunya dihisap saja sudah membuat Oom Icar buntu dalam asyik. Sibuk mulutnya menyedot berpindah-pindah diantara kedua puncak bukit yang membulat kenyal lagi pas besarnya itu, lebih-lebih waktu Sinta di bagian terakhir memberikan vaginanya dikecapi mulutnya. Jangan bilang lagi, seperti anjing kelaparan dia menyosor menjilat dan menyedot celah merangsang itu sampai tidak peduli tingkatan kesopanan lagi. Sahabat anak gadisnya yang biasanya hormat sopan kalau datang ke rumahnya, sekarang santai saja menjambak rambutnya atau mendekap kepalanya mempermainkan seperti bola kalau sosoran mulut rakusnya membuat geli yang terlalu menyengat.
“Ssshh.. aahnggg.. geliii.. Oomm..” Oom Icar seru memuasi rasa mulutnya yang tentu saja membuat Sinta terangsang tinggi dalam tuntutan birahinya, tapi begitu pun jalan pelepasan yang diberikan si Oom betul-betul memuaskan sekali. Pada gilirannya Oom Icar merasa cukup dan menyambung untuk mengecap nikmatnya jepitan ketat vagina muda si gadis, di sinilah baru terasa asyiknya penis ayah sahabatnya.
Sewaktu partama dimasuki, Sinta masih memejamkan mata, dia baru tersadar ketika batang itu sudah setengah terendam di vaginanya. Agak ketat sedikit rasanya. Membuka mata melirik ke bawah, dia langsung bisa mengira-ngira seberapa besar batang itu. “Aahshh..” dia mengerang dengan gemetar kerinduan nafsunya hanya saja tangannya mengerem pinggul Oom Icar agar tidak sekaligus tancap masuk. Meskipun tidak diutarakan Sinta lewat kata-kata tapi Oom Icar mengerti maksudnya. Dia meredam sedikit emosinya dan menusuk sambil membor penisnya lebih kalem. Di situ batang penis ditahan terendam sebentar untuk membawa dulu tubuhnya turun menghimpit Sinta lalu dari situ dia berlanjut membor sambil mulai memompa pelan naik turun pantatnya. Untuk beberapa saat masuknya batang diterima Sinta masih agak tegang, tapi ketika terasa mulai licin dan sudah mulai bisa menyesuaikan dengan ukuran Oom Icar. Dia pun mulai meresapi nikmatnya batang Oom Icar.
“Wihhh.. ennaak sekalii!” begitu ketat dan begitu mantap gesekannya membuat Sinta langsung terbuai dengan nikmat sanggama yang baru dibukanya dengan batang kenikmatan Oom Icar. Saking asyiknya kedua tangan dan kakinya naik mencapit tubuh Oom Icar seolah-olah menjaga agar kenikmatan ini tidak dicabut lepas sementara dia sendiri mulai ikut aktif mengimbangi kocokan penis dengan putaran vaginanya yang mengocok. Disambut kehangatan begini Oom Icar tambah bersemangat memompa, semakin lebih terangsang dia karena Sinta meskipun tidak bersuara tapi gayanya hangat meliuk-liuk setengah histeris. Bergerak terus dengan tangan menggaruk kepala Oom Icar, kakinya yang membelit tidak ubahnya bagai akan memanjat tubuh si Oom. Kelihatan repot sekali gerak sanggamanya yang seperti tidak bisa diam itu, apalagi ketika menjelang sampai ke puncak permainan, tambah tidak beraturan Sinta menggeliat-geliat. Sementara itu si Oom yang sudah serius tegang juga hampir mencapai ejakulasinya.
Beberapa saat kemudian keduanya tiba dalam orgasme secara bersamaan. Sinta yang mulai duluan dengan memperketat belitannya. “Aduuhh.. ayyuhh.. Oomm.. shh.. ahgh.. iyya.. duhh.. aahhh.. hgh.. aaahh.. aeh.. ahduhh.. sshhh Oom.. hheehh.. mmhg.. ayoh.. Sin..” saling bertimpa kedua suara masing-masing mengajak untuk melepas seluruh kepuasan dengan sentakan-sentakan erotis. Sama-sama mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dalam jumpa pertama ini, sehingga ketika mereda keduanya pun menutup dengan saling mengecup mesra, gemas-gemas sayang tanda senangnya. Begitu nafas mulai tenang, Sinta memberi isyarat menolak tubuh Oom Icar meminta lepas, tapi sementara si Oom berguling terlentang di sebelah, dia sudah mengejar, memeluk dengan memegang batangnya dan merebahkan kepalanya di dada Oom Icar. Meremas-remas gemas sambil memandangi batang yang masih mengkilap lengket itu.
“Bandel nihh.. maen nyodok aja?” komentar Sinta sambil menarik penis Oom Icar.“Abis kamunya juga bikin penasaran aja sih?” balas Oom Icar dengan tangannya merangkul leher bermain lagi di susu Sinta.“Oom seneng ya sama aku?”“Oo.. jelas suka sekali Sayaang.. Abis, kamu memang cantik, memeknya juga enak sekali..” kali ini dagu Sinta diangkat, bibirnya digigit gemas oleh Oom Icar.Sinta langsung bersinar bangga dengan pujian itu. Itu pembukaan hubungan gelap mereka yang sejak itu berlangsung secara sembunyi-sembunyi dengan jadwal rutin karena masing-masing seperti merasa ketagihan satu sama lain. Oom Icar jelas senang dengan teman kencan yang cantik menggiurkan ini. Permainan selalu memilih tempat di hotel di luar kota tapi sekali pernah Sinta mendapat pengalaman yang unik serta konyol di rumah Oom Icar sendiri.
Suatu hari Tante Vera sedang berbisnis ke luar kota ketika Sinta datang bertandang siang itu untuk menemui Asmi. Kedua gadis itu memang membuat janji akan jalan-jalan ke mall sore nanti tapi karena waktunya masih jauh, Asmi mempergunakannya untuk keluar rumah sebentar. Oom Icar yang membuka pintu dan dia sendiri ketika melihat ada peluang yang baik langsung memanfaatkannya, karena begitu Sinta masuk sudah disambut dengan telunjuk di bibir memaksudkan agar Sinta tidak bersuara. Sinta sempat heran tapi ketika digandeng ke kamar Oom Icar dia kaget juga, segera mengerti tujuannya.
“Iddihh Oom nekat.. nanti ketauan Oom.. Asmi memangnya ke mana?” katanya tapi dengan nada berbisik panik.“Sst tenang aja.. Kita aman, Asmi lagi pergi sebentar, Tante lagi keluar kota sedang Hari lagi tidur..” jelas Oom Icar. Hari adalah adik laki-laki Asmi yang duduk di kelas III SMP. Masih ada seorang lagi adik Asmi bernama Hendi yang duduk di kelas I SMA tapi dia tinggal dengan neneknya di Malang.
“Iya tapi gimana kalo Asmi dateng Oom?”“Kan nggak ada yang tau kalau Sinta udah di sini. Mereka nggak bakalan berani masuk kamar Oom. Acaramu kan Oom denger masih nanti malem, kita bikin sebentar di sini yaa?”“Tapi Oom.?”“Udahlah di sini aja dulu, Oom mau ke luar sebentar. Tuch denger, kayaknya Hari udah bangun. Nih, Oom tebus waktumu untuk jajan-jajan sama Asmi nanti,” kata Oom Icar langsung memotong protes Sinta dengan mengulurkan sejumlah uang yang cepat diambilnya dari dompetnya untuk membujuk Sinta. Setelah itu segera dia keluar kamar meninggalkan Sinta yang karena merasa sudah terjebak terpaksa tidak berani keluar takut kepergok Hari. Melirik uang yang digenggamnya sepeninggal Oom Icar, hati Sinta menjadi lunak lagi karena si Oom memang pintar mengambil hati dan selalu royal memberi jumlah yang cukup menghibur. Meskipun begitu dia menguping dari balik pintu mendengarkan situasi di luar dengan hati berdebar tegang.
“Pak, barusan kayaknya ada yang dateng kedengeran pintu kebuka?” terdengar suara Hari menanyai ayahnya.“Ah nggak ada siapa-siapa kok, barusan memang Bapak yang buka pintu.”Baru saja sampai percakapan ini, tiba-tiba terdengar suara motor Asmi memasuki pekarangan. Tidak lama kemudian dia masuk ke rumah dan terdengar menanyai adiknya.“Har, barusan Mbak Sinta singgah ke sini nggak?”“Nggak tau, aku juga baru bangun..”“Oh ya? Padahal Mbak Asmi singgah barusan ke rumahnya, Mamahnya bilangnya ke sini?”“Ya mungkin aja Sinta tadi ke sini tapi ngira kamu nggak ada, jadi pergi ke tempat lain dulu.” kali ini Oom Icar ikut menimbrung pembicaraan.“Iya tapi aku ada janji sama dia nanti sore-sorean. ”“Oo.. kalo gitu paling-paling sebentar juga ke sini.” putus Oom Icar menghibur anaknya.
Hening sebentar dan tidak lama kemudian terdengar suara Oom Icar memesan kedua anaknya agar jangan ada tamu atau telepon yang mengganggunya karena dia beralasan agak tidak enak badan dan akan tidur siang. Sesaat setelah itu dia pun masuk disambut Sinta yang bersembunyi di balik pintu langsung mencubit gemas lengannya tapi tidak bersuara, geli dengan sandiwara yang barusan didengarnya. Oom Icar tersenyum dan menggayut pinggang Sinta, menggandengnya ke tempat tidur. Sinta menurut karena tahu kalau menolak maka Oom Icar akan membujuknya terus, daripada berlama-lama lebih baik memberi saja agar waktunya lebih cepat selesai. Langsung diikutinya ajakan Oom Icar untuk membuka bajunya, hanya saja masih bingung jika permainan telah usai.
“Tapi nanti aku ke luar dari sininya gimana Oom..?” tanyanya sambil menyampirkan celana dalamnya sebagai kain penutup terakhirnya yang dilepas.“Gampang, Oom pura-pura aja nyuruh mereka berdua keluar beli makanan, di situ Sinta bisa aman keluar dari sini.”“Ngg.. Oom bisa aja akalnya..” Sinta sedikit lega.“Oom kalo mikirin yang itu sih gampang. Sekarang yang Oom pikirin justru ngeluarin isinya barang ini yang enak gimana caranya.” timpal Oom Icar seraya mendekatkan tubuhnya yang sudah sama bertelanjang bulat dan mengambil tangan Sinta untuk diletakkan di batang penisnya yang masih menggantung lemas.Sinta malu-malu manja tapi tangannya langsung menangkap batang itu, menarik-narik, melocoknya dengan genggaman kedua tangannya sambil memandangi benda itu.
“Yang enak tuh kayak apa sih?” godanya mulai bersikap manja-manja genit.“Yang enaknya.. ya jelas pake ini Sin.” jawab Oom Icar balas menjulurkan tangannya meremas selangkangan Sinta.“Iddihh si Ooom.. pengennya yang itu aja?” Sinta pura-pura jual mahal.“Abisnya barang enak, jelas kepengen Sin..” kata Oom Icar sambil mulai mengajak Sinta berciuman.Sinta memang memberi bibirnya tapi dia masih kelihatan setengah hati untuk balas melumat hangat, terlebih ketika akan diajak naik tempat tidur dia seperti merasa berat.“Nggak enak ah Oom, sungkan aku itu tempat tidurnya Tante..” katanya mengutarakan perasaannya yang tidak enak untuk bermain cinta di tempat tidur keluarga itu. Oom Icar rupanya bisa mengerti perasaan Sinta, dia tidak memaksa tapi menoleh sekeliling sebentar dan cepat saja menemukan cara yang lain.“Ya udah kalo gitu kita bikin sambil berdiri aja. Sini Oom yang atur, ya?” katanya sambil membawa Sinta ke arah kaki tempat tidur dan menyandarkan tubuh Sinta di palang-palang besi tempat tidur itu.
Oom Icar memakai tempat tidur mahal tapi model kuno yang terbuat dari besi lengkap dengan tiang-tiang penyangga kelambunya. Di situ pantat Sinta disandarkan di pagar bawah tempat tidur yang tingginya pas menyangga pantatnya, sedang kedua tangannya diatur Oom Icar melingkar di sepanjang besi melintang di antara dua tiang kelambu bagian kaki tempat tidur yang tingginya setinggi punggung, sedemikian rupa sehingga tubuhnya tersandar menggelantung di besi melintang itu hampir pada masing-masing ketiak Sinta. Suatu posisi yang unik untuk bersanggama dalam gaya berdiri karena setelah itu Oom Icar mengambil dua ikat pinggang terbuat dari kain, lalu mengikat masing-masing lengan Sinta pada besi melintang itu. Sinta menurut saja memandangi geli sambil menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan Oom Icar. Berikutnya barulah Oom Icar mulai merangsang dengan menciumi dan menggerayangi sekujur tubuh Sinta dari mulai atas hingga ke bawah. Berawal mengerjai kedua susu Sinta dengan remasan dan kecap mulutnya dan kemudian berakhir mengkonsentrasikan permainan mulut itu di selangkangannya, membuat Sinta yang semula setengah hati mulai naik terangsang. Malah terasa cepat karena posisi kedua tangannya tidak bisa ikut membalas ini menimbulkan daya rangsang yang luar biasa. Apalagi ketika mulut Oom Icar mulai memberi rasa geli-geli enak di vagina yang tidak bisa ditolak kepalanya kalau geli terlalu menyengat.
Begitu tengah sedang asyik-asyiknya permainan pembukaan ini, di teras depan Asmi terdengar mengalunkan suaranya berduet mengiringi Hari dalam permainan gitarnya. Konyol memang buat Asmi, sahabat yang sedang ditunggu-tunggu untuk janji pergi bersama, ternyata sudah sejak tadi ada di dalam kamar rumahnya sendiri, sedang meliuk-liuk keenakan saat vaginanya dikerjai mulut ayahnya, malah sudah tidak tahan rangsangan gelinya yang menuntut untuk lebih terpuaskan lewat garukan mantap penis ayah Asmi sendiri.
“Ayyohh Oom.. janggan lama-lama.. masukkin dulu Oom punnyaa..” bahkan rintih Sinta sudah meminta Oom Icar segera mulai bersenggama. Oom Icar tidak menunggu lebih lama. Dia segera bangun dan membawa penisnya yang setengah menegang menempel di celah vagina Sinta. Membasahi dulu dengan ludahnya, menggosok-gosokan ujung kepala bulatnya di klitoris Sinta agar menjadi lebih kencang lagi, baru setelah itu mulai diusahakan masuk ke dalam lubang vagina di depannya. Sinta menyambut seolah tidak sabaran, menjinjitkan kakinya untuk mengangkangkan pahanya selebar yang bisa dilakukannya tanpa bisa membantu dengan tangannya. Dia terpaksa menunggu Oom Icar bekerja sendiri menguakkan bibir vagina dengan jari-jarinya agar bisa menyesapkan kepala penisnya terjepit lebih dahulu, baru kemudian ditekan membor masuk. Meningkat kemudian lagu-lagu cinta Asmi yang berduet dengan Hari mengalun romantis, ini senada dengan Sinta yang saat itu juga sedang merintih lirih, mengalunkan tembang nikmat ketika vaginanya mulai disodok dan digesek ke luar masuk penis tegang Oom Icar.
“Ngghh.. Ooomm.. Sssh.. hhshh.. ngghdduuh.. sshsmm.. hdduhh Oomm.. ennakk.. sshhh.. mmmh.. heehhs.. adduhh..” mengaduh-aduh rintih suaranya tapi bukan kesakitan melainkan sedang larut dalam nikmat.
Kalau tadi Sinta masih setengah hati untuk melayani nafsu Oom Icar, sekarang dia juga ikut merasa keenakan, karena bermain dalam variasi posisi berdiri ini terasa santai dan mengasyikan sekali baginya. Tidak repot menahan tubuhnya tetap berdiri karena bisa menggelantung dengan kedua lengannya, sambil menerima tambahan enak tangan Oom Icar yang meremas-remas kedua susunya, memilin-milin geli putingnya, dia juga bisa ikut mengimbangi sodokan penis ini dengan kocokan vaginanya. Malah tidak berlama-lama lagi, ketika Oom Icar sudah serius tegang akan tiba dipuncaknya Sinta pun mengisyaratkan tiba secara bersamaan. “Aduuhh.. Oomm.. ayoo.. sshh.. duh Sinta mau keluarr.. sssh.. hhgh.. Ooomm..” desah Sinta tertahan. “Aduhhssh.. Iya ayoo Sin.. Oom juga sama-samaa.. aahghh..” segera mengejang Sinta menyentak-nyentak ketika orgasme diikuti Oom Icar tiba di ejakulasinya. Permainan pun usai dengan kepuasan sebagaimana biasa yang didapati keduanya setiap mengakhiri jumpa cinta mereka.